Hari itu aku berangkat mengajar pagi-pagi ke sekolah. Habis mau
bagaimana lagi, tempat tinggalku agak jauh dari tempatku mengajar.
O,ya aku
mengajar di SMA negeri di kota X. Sekolah ini termasuk unggulan, namun bukan
dalam hal akademisnya melainkan dalam hal ekskulnya. Ssetiap pulang para siswa
terlebih dahulu mengikuti ekskul hingga sore hari. Karena termasuk sekolah
baru, guru yang mengajar umumnya masih muda. Mereka rata-rata tidak ada yang
berumur lebih dari 30 tahun. Sedangkan aku sendiri termasuk guru senior karena
yang pertama masuk sejak pertama kali sekolah ini didirikan (disamping umurku
juga yang mendekati 40-an).
Jam 6 pagi aku
sudah berada di ruangan guru. Disitu baru nampak beberapa pengajar yang sudah
hadir bersamaan. Diantara mereka ada yang amat menarik perhatianku dari
semenjak ia pertama kali bergabung bersama staf pengajar di sekolah ini.
Namanya Firdhayanti biasa dipanggil oleh lingkungan sekolah Bu Firdha dan dia
mengajar biologi. Selain mengajar biologi, dia juga menjadi pengurus UKS maklum
sekolah kami masih baru 2 tahun berdiri jadinya minim SDM. Bagiku dia termasuk
kategori perempuan yang manis, umurnya terpaut 15 tahun lebih muda dariku.
Tingginya dibawah beberapa senti dariku dengan berat badan yang ideal.
Perempuan itu
selalu berpenampilan rapi dengan secarik kain jilbab menghiasi kepalanya. Dia
baru mulai mengajar sekitar 2 bulan yang lalu. Pagi itu Firdha datang memakai
baju lengan panjang berwarna biru muda dipadu dengan rok panjang sewarna pula
sedangkan jilbab yang dikenakanannya berwarna putih bermotifkan bunga, amat
serasi. Sejujurnya, yang membuat aku begitu tertarik padanya diluar wajahnya
yang manis menggemaskan itu tidak lain karena bentuk tubuhnya yang aduhai
mengundang birahiku. Pakaian yang dikenakannya selalu terlihat agak ketat entah
disengaja atau tidak. Dan walaupun jilbab yang dikenakannya panjang selengan
namun ukuran payudaranya yang montok selalu tersembul dari balik baju dan
jilbabnya. Belum lagi kalau memperhatikan saat ia berjalan, pantatnya yang
montok itu selalu bergoyang naik turun membuat selalu tidak konsen.
Akibat sering
membayangkan Firdha jadinya aku sering berfantasi sedang menyetubuhinya dalam
keadaan dia telanjang namun tetap mengenakan jilbabnya. Tentu merupakan hal
yang menarik apabila wanita berjilbab namun tidak berbusana. Selama ini aku
hanya bisa mengkhayal Firdha yang berjilbab telanjang di depanku. Memikirkan
hal itu aku jadi sering merasa horny. Sampai-sampai aku bertekad untuk bisa
melancarkan hasrat terpendam yang begitu menyiksa ini.
Pukul 1 siang dan
bel pulang berbunyi dan aku masih berada di lingkungan sekolah ini sampai sore
karena memang hari itu aku punya jadwal untuk mengajar les tambahan untuk anak
kelas 2. mulai jam 2 siang hingga 4 sore.
Tak terasa sudah
jam 4 sore. Semua murid les pulang, sedangkan aku masih ada di sekolah untuk
membereskan perlengkapan mengajarku. Sore hari itu sekolah yang tadinya ramai
kini menjadi sepi.
Aku berjalan menuju
ruang guru untuk beres-beres pulang dan kulihat nampak tas kepunyaan Firdha
masih ada di ruangan. Nampaknya guru lainnya sudah pulang sedangkan dia masih
di sekolah. Aku penasaran mencari tahu keberadaan perempuan cantik itu . Tapi
sebelumnya aku ingin sekali cuci muka melepas kepenatan selama mengajar tadi.
Segera aku menuju kamar mandi dekat ruang guru. Di sana hanya ada 2 kamar mandi
satu untuk pria satu untuk wanita. Namun dindingnya tidak membatasi dengan
sempurna, ada sekitar 30 cm celah di atas dinding yang membatasi kamar mandi
itu.
Perlahan kubuka
pintu kamar mandi khusus guru pria dan belum lagi kututup pintunya aku
mendengar suara desahan pelan dari kamar mandi sebelah. Terkesima dengan suara
yang aku dengar, segera kuberjingkat-jingkat menaiki bak mandi untuk mengintip
ke kamar mandi sebelah. Saat mengintip aku terkejut bukan kepalang karena
ternyata di sana kulihat Firdha, guru berjilbab yang mempunyai wajah manis nan
menggemaskan itu sedang berjongkok tanpa mengenakan rok panjangnya. Terlihat
roknya berada di gantungan kamar mandi. Saat itu dia memandangi gambar di
ponselnya. Aku menduga dia tengah menonton blue film, karena terlihat dia tidak
bias mengendalikan diri dan menggosok-gosok vaginanya.
Tak kusangka
walaupun berjilbab, Firdha terlihat sangat birahi. Kuabadikan masturbasi guru
berjilbab tersebut dalam ponsel kameraku. Firdha tidak sampai mengerang,
mungkin dia takut ketahuan apabila terdengar orang lain. Melihat ia sedang
bermasturbasi membuat gairah birahi mulai menguasai pikiranku. Tak dinyana,
kesempatan untuk melampiaskan hasratku padanya telah muncul dengan sendirinya.
Kira-kira 15 menit
setelah Firdha guru biologi berjilbab yang “alim” itu baru keluar dari kamar
mandi. Sekali lagi kulihat-lihat rekaman video dan foto hasil jepretanku tadi.
Kulihat seeorang wanita manis berjilbab dengan tangan yang sedang asyik
memainkan jemarinya di vaginanya. Kakinya terlihat putih dan mulus sekali. Ini
menjadikan birahiku semakin meluap-luap. Segera aku bergegas menuju ruangan
guru seraya menghampirinya yang sedang duduk. Kemudian dengan tanpa basa-basi
kuelus-elus kepalanya yang berjilbab putih dengan motif bunganya. Dengan gerak
refleks guru berjilbab itu terlompat dari duduknya.
“Astaga! Kurang
ajar! Apaan sih maksud pak Dino!”, hardik Firdha yang terkaget-kaget dengan
kelakuanku terhadapnya tadi dengan wajah memerah karena marah.
Tanpa banyak omong
kutunjukkan fotonya saat bermasturbasi tadi, kulihat dia sangat shock.
“Dengar sayang,
kalo kamu sampai berani menolak melayaniku, foto dan video ini akan kusebar
luaskan”, ancamku seraya mendekatinya lalu mengelus-elus jilbabnya.
Dia hanya bisa
terdiam tanpa kata-kata. Sekilas kemudian kujambak jilbabnya agar dia mengikutiku
menuju ruang UKS. Sesampainya di sana pintu kukunci.
“Firdha meskipun
kamu pakai jilbab ternyata libidonya tinggi juga yah?”, kataku sembari
tersenyum penuh kemenangan.
Guru cantik
berjilbab itu hanya bisa diam tertunduk sambil duduk di kursi. Air matanya
hampir keluar. Kudekati ia seraya menjamah dan mengelus kepalanya yang
berjilbab. “Sudahlah sayang kamu tidak usah banyak tingkah. Yang penting kamu
tinggal ikut saja apa mauku semuanya pasti beres. Yakinlah kamu akan segera
tahu apa bedanya main sendirian dengan main berpasangan”, ucapku lagi seraya
menurunkan ritsluiting celanaku. Melihat hal itu wajah Firdha semakin
tertunduk. Aku hanya bisa tertawa kecil melihat ia serasa tidak berdaya.
Setelah celanaku
melorot seluruhnya kebawah segera kuperintah Firdha untuk menurunkan celana
dalamku seraya memintanya untuk mulai mengoral penisku. Mulanya ia berontak
namun karena ancamanku yang akan menyebarkan gambar dan video yang memalukan
itu akhirnya dengan sangat terpaksa dia menurutiku karena takut gambarnya
tersebar. Dari tempatnya duduk, sambil berdiri kuusap-usap kepalanya yang
berjilbab itu saat mulut Firdha perlahan mulai memainkan penisku. Air matanya
terlihat menetes membasahi jilbabnya.
Namun aku hanya
tersenyum lebar penuh kemenangan sambil mengusap-usap jilbabnya.
“Sshh…mmmhh…ennak sekallii sayaangg..”, desahku saat penisku keluar masuk
mulutnya. “Mmmh…slurp…cupp..”, desah suara dan bunyi yang dari mulut guru
berjilbab itu menahan birahi yang nampaknya mulai merasuki dirinya. Ya,
sepertinya ia mulai terangsang karena saat ia sedang mengoralku tanganku yang
satu lagi asik meremas-remas payudara montok miliknya dari luar busananya.
Sekitar 10 menit
kemudian kurasakan gejolak yang tidak tertahankan di ujung penisku. Nampaknya
aku tak mampu lagi menahan lebih lama dan, “Croot…croott”, spermaku keluar
dengan deras. Karena kaget Firdha melepas hisapannya sehingga spermaku tidak
hanya menodai wajah manisnya namun juga jilbabnya. Kulihat jilbabnya yang
bermotif bunga kini bertambah dengan bercak-bercak spermaku. Namun aku belum
puas. Kuperintahkan dia melepas semua bajunya namun tetap mamakai jilbabnya.
Dan aku juga segera melepas bajuku.
Fantasiku melihat
Firdha yang berjilbab namun tidak berbusana akhirnya terpenuhi” kataku dalam
hati.
Kulihat dugaanku tidak
salah, Firdha terlihat menantang walau telanjang tanpa melepas jilbabnya.
Dadanya montok seolah minta untuk diemut. Segera kuraih dada kanannya dan
kukulum dengan rakus.
“Ohh…ah..ah…ah..”,
walau kupaksa ternyata Firdha terdengar amat menikmatinya. Kulihat wajahnya di
balik jilbab ketika sedang horny, hal itu segera membuat penisku kembali
tegang. Lalu kubaringkan Firdha di ranjang yang berada dalam ruangan UKS dan
kuserbu mulut guru berjilbab itu dengan nafsunya. Sembari menciuminya tangan
kananku meremas buah dada montok miliknya itu sedangkan tanganku yang kiri
mulai mengelus dan memainkan vaginanya. Sekitar 10 menit kulakukan hal itu.
Kemudian kupandangi wajahnya yang cantik masih terbalut jilbab nampak sedang
terangsang karena ulahku.
Terasa jemariku
yang bermain di vaginanya mulai kebasahan akibat cairan kewanitaan yang keluar
dari dalam. “Hmm…nampaknya dia benar-benar sudah terangsang” ujarku dalam hati.
Sejurus kemudian kubalik tubuhnya seraya menunggingkan bokongnya yang sekal
itu. Lalu kulebarkan kedua paha putih mulus guru berjilbab itu. Sembari
mencengkeram pantatnya dengan tangan kananku, tangan kiriku membimbing penisku
menyodok perlahan ke dalam belahan vagina Firdha.
“Ouhh…”, desahnya
dengan tubuh bergetar kala kupenetrasi liang surgawi miliknya. Perlahan tapi
pasti penisku masuk sesenti demi sesenti dan rasanya sempit sekali. Dan
akhirnya setelah berjuang beberapa menit penisku bisa menembus dalam-dalam
sampai menyentuh dinding rahim miliknya.
“UUhhhh..”, hela
nafasku sembari melirik kebawah. Kulihat batang penisku tidak seluruhnya masuk
tersisa sesenti. Dan yang tidak kusangka-sangka ternyata dari situ tidak
terlihat adanya darah tanda keperawanan. “Hmm…Sepertinya Firdha sudah tidak
lagi perawan”, ujar batinku namun tidak kupedulikan karena yang penting
sekarang menuntaskan birahi yang selama ini kupendam padanya habis-habisan.
Perlahan kugenjot tubuh sintal guru berjilbab ini seraya kedua tanganku
mencengkram bongkahan pantatnya yang montok. Seperti joki yang memacu kuda.
“Ohhh…nikmat sekali milikmu sayang…”, racauku seraya menggenjot penisku keluar
masuk.
“Ouuhhh…uuuhh…ahhhh…ppakkk…dinnoo…”,
balasnya mendesah penuh nikmat. Dari belakang dapat kulihat jelas kedua
tangannya meremas-remas kasur menahan nikmat. Sedangkan kepalanya yang terbungkus
jilbab menggeleng ke kanan dan ke kiri dengan wajahnya yang cantik nampak
seperti terbuai oleh nikmatnya sodokanku dari belakang. “Plak…plakk…”, bunyi
selangkanganku beradu dengan pantatnya yang sekal ini.
Sekitar 15 menit
dapat kurasakan penisku sudah tidak dapat lagi menahan gejolak sperma yang akan
keluar.
“Sayyanggh…akkkuuu…keluarr…nnih…!”,
seruku yang akan klimaks. “Akkhh…ppakk…Dinn…”, sahut Firdha dengan wajah
mendongak keatas yang ternyata juga akan mencapai puncak orgasmenya. “Ooohhh…”,
desahku panjang saat kubenamkan penisku dalam-dalam bersamaan dengan keluarnya
spermaku kedalam vaginanya. Setelah keluar semua. kuambil rok panjang biru
milik guru jilbab ini untuk membersihkan penisku dan vaginanya dari cairan yang
keluar baik dari milik kami berdua.
Setelah aku merasa
kembali mendapatkan tenaga menggenjot Firdha, kuminta dia untuk berbaring
telentang. Tanpa membuang waktu segera kuaduk-aduk vaginanya. Dia terlihat
sangat menikmati permainanku ini. Puas dengan posisi itu, gantian aku yang
telentang, kemudian kuminta dia menggenjot penisku dari atas. Jepitan vaginanya
terasa nikmat sekali. Genjotannya yang liar membuatku tidak bisa bertahan lama.
Tujuh menit kemudian aku memuncratkan spermaku di lubang kenikmatan Firdha.
Terlihat wajahnya yang manis menunjukkan ekspresi kepuasan.
Sehabis itu kami
ngobrol sebentar sambil memakai pakaian kami kembali. Dan dari situ muncul
pengakuan kalau dulu Firdha pernah nge-seks dengan pacarnya sebelum pakai
jilbab. Sebelum berpisah aku mendapatkan kesepakatan dengan guru berjilbab ini
apabila aku berjanji tidak akan pernah menyebarkan foto dan video yang kuambil
di kamar mandi tadi, dia bersedia berhubungan seks denganku lagi. Tentunya lain
kali dengan menggunakan pengaman! Setelah memeluk dan melumat bibirnya yang
manis itu kami segera keluar sekolah karena takut ketahuan orang lain.
Tak terasa hari
hampir gelap kulihat Firdha segera menuju tempat parkir dan menutupi jilbabnya
yang penuh sperma dengan helm sepeda motor, mungkin dia malu bila ketahuan ada sperma
di jilbabnya. Akupun segera pulang dengan senyum kepuasan di wajah karena
kutahu, mulai besok aku akan menjalani hari dengan penuh gairah birahi!
Hari itu aku berangkat mengajar pagi-pagi ke sekolah. Habis mau
bagaimana lagi, tempat tinggalku agak jauh dari tempatku mengajar.
O,ya aku
mengajar di SMA negeri di kota X. Sekolah ini termasuk unggulan, namun bukan
dalam hal akademisnya melainkan dalam hal ekskulnya. Ssetiap pulang para siswa
terlebih dahulu mengikuti ekskul hingga sore hari. Karena termasuk sekolah
baru, guru yang mengajar umumnya masih muda. Mereka rata-rata tidak ada yang
berumur lebih dari 30 tahun. Sedangkan aku sendiri termasuk guru senior karena
yang pertama masuk sejak pertama kali sekolah ini didirikan (disamping umurku
juga yang mendekati 40-an).